Dewa Hindu. Ganesha Umumnya Digambarkan Memiliki Kepada Binatang

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini, publik tengah dihebohkan dengan hilangnya Patung Ganesha di bibir kawah Gunung Bromo. Hilangnya patung tersebut berlangsung secara misterius. Salah satu dugaan raibnya patung Ganesha tersebut karena dicuri. Namun, polisi telah menggelar jumpa pers setelah melakukan olah TKP dan mengatakan bahwa patung tidak curi tetapi jatuh karena faktor alam.

Arca Ganesha tersebut biasanya dibuat sebagai tempat sesaji di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Sejatinya, patung Ganesha menjadi patung yang banyak dipasang oleh umat Hindu di rumah atau pekarangan dengan menghadap keluar dari pintu gerbang sebuah rumah. Sebelum dipasang, patung akan diupacarai secara Hindu setelah itu diberikan sesajen dan dipuja setiap hari.

Kondisi tempat arca Ganesha di bibir kawah Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Minggu 21 Mei 2023. Hilangnya arca Ganesha yang berada di bibir kawah Gunung Bromo tersebut sempat viral dan diduga dicuri namun pihak kepolisian setempat melakukan olah TKP dan menyimpulkan bahwa arca itu jatuh ke kawah Gunung Bromo. ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya

Patung Ganesha dirupakan dengan mempunyai empat lengan, yang merupakan penggambaran utama tentang Ganesha. Tangan kanan bawahnya membawa patahan gading. Sementara tangan kiri bawahnya membawa kudapan manis yang dicomot dengan  belalainya.

Dewa Ganesha merupakan dewa yang perwujudannya kepala gajah dan tubuh manusia. Ganesha ialah nama dewa populer di agama Hindu yang memiliki nama lain, seperti Winayaka, Wignaraja, Ekadanta, Heramba, Lambodara, Ganadipa, Dwaimatura, dan Gajanana. Dalam Bahasa Tamil, nama Ganesha terkenal dengan Pille atau Pilleyar (anak kecil). Dalam Bahasa rumpun dravida kata pallu, pella, dan pell lazim diartikan sebagai gajah

Dikutip budaya.jogjaprov.go.id, Ganesha merupakan dewa yang memiliki gelar sebagai dewa pengetahuan dan kecerdasan, dewa pelindung, dewa penolak bala atau bencana dan dewa kebijaksanaan.

Dewa Ganesha merupakan putra dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Dewa Ganesha memiliki saudara bernama Skanda yang juga dikenal dengan nama Kartikeya dan Murugan. Menurut kitab Siwapurana, Dewa Ganesha memiliki dua putra yaitu Ksema (kemakmuran) dan Laba (Keuntungan).

Pilihan Editor: Petugas Pastikan Arca Ganesha Jatuh ke Kawah Bromo Bukan Dicuri

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dewa (Dewanagari: देव; ,IAST: Deva, देव) adalah kata dari bahasa Sanskerta yang berarti "terang", "mulia", "makhluk surgawi", "makhluk ilahi", "hal yang cemerlang",[1] dan dapat mengacu kepada suatu golongan makhluk gaib dalam agama Hindu.[2] Dewa merupakan istilah maskulin; padanan feminin untuk istilah tersebut ialah Dewi. Kata tersebut sepadan dengan istilah Latin "Deus" dan Yunani "Zeus".

Dalam sastra Weda Kuno, seluruh makhluk gaib dapat disebut "dewa"[3][4][5] dan asura.[6][7] Konsep tersebut akhirnya mengalami perkembangan dalam kesusastraan India Kuno, dan pada akhir periode Weda, makhluk gaib yang baik disebut Dewa-asura. Dalam sastra Hindu pasca-periode Weda, seperti Purana dan Itihasa, para dewa merupakan makhluk baik, sedangkan asura makhluk jahat. Dalam sejumlah karya sastra India Abad Pertengahan, para dewa juga disebut sebagai "sura", dan sifatnya bertolak belakang dengan saudara tiri mereka yang sama-sama sakti, yang disebut sebagai "asura".[8]

Para dewa, demikian pula para asura, yaksa (roh penunggu alam), dan raksasa (monster, setan), merupakan bagian dari mitologi India. Para dewa muncul dalam berbagai kisah-kisah kosmologis dalam agama Hindu.[9][10]

Dalam tradisi Hindu umumnya seperti Adwaita wedanta dan Agama Hindu Dharma, Dewa dipandang sebagai manifestasi Brahman dan enggan dipuja sebagai Tuhan tersendiri dan para dewa setara derajatnya dengan dewa lain. Namun dalam filsafat Hindu Dwaita, para dewa tertentu memiliki sekte tertentu pula yang memujanya sebagai Dewa tertinggi. Dalam hal ini, beberapa sekte memiliki paham monoteisme terhadap Dewa tertentu (lihat: Waisnawa).

Kata “dewa” (deva) berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam bahasa Latin “deus” berarti “dewa” dan “divus” berarti bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Inggris istilah Dewa sama dengan “deity”, dalam bahasa Prancis “dieu” dan dalam bahasa Italia “dio”. Dalam bahasa Lithuania, kata yang sama dengan “deva” adalah “dievas”, bahasa Latvia: “dievs”, Prussia: “deiwas”. Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” (atau Dewi) adalah sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita. Para Dewa (jamak) disebut dengan istilah “Devatā” (dewata).

Dalam kitab suci Regweda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dewa yang banyak disebut adalah Indra, Agni, Baruna dan Soma. Baruna, adalah Dewa yang juga seorang Asura. Menurut ajaran agama Hindu, Para Dewa (misalnya Baruna, Agni, Bayu) mengatur unsur-unsur alam seperti air, api, angin, dan sebagainya. Mereka menyatakan dirinya di bawah derajat Tuhan yang agung. Mereka tidak sama dan tidak sederajat dengan Tuhan Yang Maha Esa, melainkan manifestasi Tuhan (Brahman) itu sendiri.

Dalam kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak Tuhan. Dalam kitab suci Bhagawadgita diterangkan bahwa hanya memuja Dewa saja bukanlah perilaku penyembah yang baik, hendaknya penyembah para Dewa tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi berkah sesungguhnya. Para Dewa hanyalah perantara Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa melalui perantara Kresna bersabda:

sa tayā śraddhayā yuktas, tasyārādhanam īhate, labhate ca tatah kaman, mayaiva vihitān hi tān.

— Bhagawadgita (7:22)

Setelah diberi kepercayaan tersebut, mereka berusaha menyembah Dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Namun sesungguhnya hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat tersebut.

Penduduk negara India mayoritas memegang teguh ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari. Saking banyaknya umat Hindu di sana, negara India sampai mendapat julukan sebagai tanah Hindustan.

Umat Hindu di India memiliki banyak dewa dan dewi yang dipuja. Acara pemujaan biasanya diiringi oleh pembacaan mantra, musik, dan tidak lupa sesembahan yang menambah kesakralan acara tersebut.

Masyarakat Hindu percaya bahwa setiap dewa yang mereka puja memiliki tugas khusus dalam perannya untuk menjaga keseimbangan alam semesta. Dirangkum dari AsiaHighlights.com, berikut ini 10 dewa yang banyak dipuja oleh umat Hindu di India.

Brahma dipercaya sebagai Sang Pencipta, yaitu dewa pertama dalam kelompok dewa Trimurti. Masyarakat Hindu di India percaya bahwa dewa Brahma posisinya sangat tinggi sehingga dalam sistem kasta pun, Brahmana menempati urutan pertama. Wujud dewa Brahma digambarkan dengan empat kepala dan empat tangan.

Jika Brahma bertugas menciptakan, maka dewa Vishnu berperan memelihara alam semesta dan menjaganya dari mara bahaya yang bisa saja terjadi. Dewa Vishnu memiliki empat tangan dan mengendarai burung berwarna biru.

Shiva atau Siwa dikenal sebagai dewa penghancur yang bertugas menghancurkan ciptaan Brahma. Shiva dipercaya memiliki third-eye yang terletak di dahinya. Konon katanya ia bisa menghancurkan dunia hanya dengan membuka mata ketiga ini.

Pemuja Shiva di India jumlahnya sangat banyak, bahkan ada sebuah festival khusus bernama Mahashivratri yang bertujuan untuk merayakan pernikahan Shiva dan Parvati. Festival ini biasanya diadakan pada bulan Februari atau Maret setiap tahunnya.

Kisah cinta Rama dan Shinta pasti tidak asing di telinga kalian? Ternyata Rama sendiri adalah dewa yang memiliki banyak pemuja di India, lho. Para pemuja dewa Rama akan menyelenggarakan festival Diwali yang bertujuan untuk merayakan kemenangan Rama atas Rahwana dalam cerita Ramayana.

Acara tersebut digelar dengan sangat meriah selama hampir 5 hari, dimana setiap harinya memiliki ritual masing-masing. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk memperingati festival ini adalah mendekorasi dan menyalakan lilin di setiap sudut rumah.

Krishna digambarkan sebagai dewa berwarna biru dan dikenal sebagai dewa cinta dan kasih sayang. Tugasnya di dunia adalah untuk memberikan harapan dan memberikan rasa aman bagi manusia dari kejahatan. Dalam kitab Mahabharata, Krishna berperan sebagai penasehat dari Pangeran Arjuna.

Dewi Sarasvati adalah dewa pengetahuan, seni, dan musik. Dewi Sarasvati adalah anak dari Shiva dan dewi Durga. Dia digambarkan sedang duduk di atas bunga teratai sambil memainkan sebuah alat musik tradisional.

Lakshmi adalah istri dewa Vishnu dan dikenal sebagai dewi kecantikan, kekayaan, kemurnian. Ia digambarkan dalam nuansa emas dengan empat tangan. Masyarakat India juga memuja dewi Lakshmi pada perayaan Diwali yang diadakan setiap tahunnya.

Parvati adalah istri dewa Shiva. Dia adalah hasil reinkarnasi dari Sati, istri pertama Shiva. Parvati termasuk dalam kelompok istri dewa Trimurti yang dikenal dengan nama Tridevi bersama denga Lakshmi dan Sarasvati.

Durga dikenal sebagai dewi perang yang memiliki sikap tegas dan buas. Dia memiliki 10 tangan, masing-masing tangan dilengkapi dengan senjata untuk menghancurkan. Di wilayah Kolkata dan Bengali Barat, festival Durga Pooja dirayakan setiap bulan September atau Oktober.

Ganesha adalah anak dari Dewa Shiva yang dikenal sebagai dewa berkepala gajah. Patung atau gambarnya dapat ditemukan dengan mudah di dalam rumah orang India karena Ganesha dilambangkan sebagai dewa kesuksesan.

Festival bernama Ganesh Chaturthi dirayakan oleh masyarakat Mumbai untuk merayakan hari ulang tahun Ganesha setiap tahunnya. Nah itulah 10 dewa dan dewi yang paling banyak dipuja oleh masyarakat Hindu di negara India. Semoga bermanfaat!

sumber: yoursay.suara.com

Item is already in your registry

Dalam Hinduisme, dewa dan dewi bukanlah Tuhan tersendiri yang menyaingi Brahman. Dalam Hinduisme ada banyak kepribadian, atau perwujudan, yang dipuja sebagai Dewa atau Murti. Hinduisme menyatakan bahwa mereka adalah aspek dari Brahman yang mulia; Awatara dari makhluk tertinggi (Bhagawan); atau dianggap makhluk yang berkuasa yang dikenal sebagai Dewa. Pemujaan terhadap setiap Dewa bervariasi di antara tradisi dan filsafat Hindu yang berbeda. Seringkali makhluk tersebut digambarkan berwujud manusia, atau setengah manusia, dengan ikonografi yang unik dan lengkap dalam setiap kasus.

Bhagawan adalah istilah yang dipakai untuk merujuk kepada aspek dari kepribadian Tuhan, bukan untuk dewa-dewi tertentu. Bhagawan tak memiliki jenis kelamin tertentu, bisa dipandang sebagai ayah atau ibu. Kebanyakan umat Hindu, dalam praktik pemujaan sehari-hari, memuja beberapa wujud dari aspek Tuhan tersebut, meskipun mereka percaya terhadap banyak konsep Brahman yang abstrak. Hal ini memungkinkan memuja Tuhan dengan perantara simbol atau gambar, atau membayangkan Tuhan sebagai wujud tertentu.

Terdapat berbagai nama serta gambar dan simbol-simbol yang berbeda, tergantung aspek yang mana yang dipuja. Sebagai contoh, ketika Tuhan bergelar sebagai pencipta, ia disebut Brahma oleh umat Hindu. Ketika Tuhan bergelar sebagai pemelihara, umat Hindu menyebutnya Wisnu. Ketika Tuhan bergelar sebagai pemusnah dunia, ia disebut Siwa.

Beberapa aspek individual dari Tuhan tersebut juga memiliki nama dan gambaran yang berbeda. Sebagai contoh, Kresna dan Rama dianggap sebagai penjelmaan Wisnu. Berbagai Dewa dan gambarannya yang ditemukan dalam agama Hindu dianggap merupakan manifestasi dari satu Tuhan, yang disebut Bhagawan dalam aspek kepribadian dan disebut Brahman ketika dianggap sebagai konsep abstrak.

Dalam agama Hindu, Trimurti (atau Tritunggal Hindu) adalah tiga aspek Tuhan dalam wujudnya sebagai Brahma, Wisnu, dan Siwa.

Agama Hindu menyebut adanya banyak dewa individual. Berbagai dewa dan dewi adalah personifikasi dari aspek Tuhan yang esa dan sama (Iswara). Sebagai contoh, ketika umat Hindu membayangkan Iswara sebagai pemberi ilmu dan pengetahuan, aspek Iswara tersebut diidentifikasi sebagai Dewi Saraswati. Dewi Laksmi adalah personifikasi Iswara sebagai pemberi kekayaan dan kemakmuran. Tidak berarti bahwa Iswara adalah penguasa segala dewa-dewi. Iswara hanyalah nama yang digunakan untuk merujuk kepada kepribadian Tuhan secara umum, dan tidak merujuk kepada dewa-dewi tertentu.

Beberapa perkumpulan sekte agama Hindu, seperti Waisnawa dan Smartisme, memberi pelajaran bahwa Tuhan turun ke bumi dalam wujud manusia atau makhluk tertentu untuk membantu mereka menemukan pencerahan dan kebebasan (moksa). Inkarnasi dari Tuhan disebut Awatara. Hindu mengajarkan bahwa ada banyak awatara sepanjang sejarah dan terus bertambah. Maka Kresna, yang tidak hanya dianggap sebagai salah satu inkarnasi namun sumber segala inkarnasi, mengatakan:

Kapan pun dan dimana pun pelaksaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela, pada waktu itulah Aku sendiri turun menjelma, wahai keturunan Bharata. Untuk menyelamatkan orang-orang saleh, membinasakan orang-orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prisnsip dharma, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman.

(Bhagawadgita, 4.7-8)

Penjelmaan Tuhan yang terkenal adalah Rama, yang riwayatnya diceritakan dalam Ramayana, dan Kresna, yang riwayatnya diceritakan dalam Mahabharata serta Srimad Bhagawatam (Bhagawatapurana).

Dewa-Dewi Hindu: Dewa Hindu, Dewi Hindu, Kresna, Ganesa, Rama, Wisnu, Sri, Nara Dan Narayana, Indra, Gangga, Sukra, Dattatreya, Batara Kala

General Books, 2011 - 64 Seiten

Sumber: Wikipedia. Halaman: 62. Bab: Dewa Hindu, Dewi Hindu, Kresna, Ganesa, Rama, Wisnu, Sri, Nara dan Narayana, Indra, Gangga, Sukra, Dattatreya, Batara Kala, Saraswati, Brahma, Diti, Daftar Dewa-Dewi Hindu, Siwa, Surya Majapahit, Agni, Baruna, Saranya, Laksmi, Tapati, Budha, Kartikeya, Bhairawa, Yama, Dyaus Pita, Parwati, Kali, Durga, Bayu, Trimurti, Kuwera, Radha, Kamajaya, Aditya, Witoba, Sani, Wrehaspati, Candra, Dhanwantari, Hayagriwa, Aditi, Aswin, Khatushyamji, Daksayani, Pertiwi, Anggaraka, Sawitri, Jagatnata, Kamaratih, Rewanta, Antariksa. Kutipan: Kresna IAST: dibaca ]) adalah salah satu dewa yang dipuja oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, umumnya ia digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan Mahabharata menyatakan bahwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan Surasena, kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja sebagai awatara (inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam beberapa tradisi perguruan Hindu, misalnya Gaudiya Waisnawa, ia dianggap sebagai manifestasi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri, dan dalam tafsiran kitab-kitab yang mengatasnamakan Wisnu atau Kresna, misalnya Bhagawatapurana, ia dimuliakan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawatapurana, ia digambarkan sebagai sosok penggembala muda yang mahir bermain seruling, sedangkan dalam wiracarita Mahabharata ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh yang memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani. Kisah-kisah mengenai Kresna muncul secara luas di berbagai ruang lingkup agama Hindu, baik dalam tradisi filosofis maupun teologis. B...

%PDF-1.7 %µµµµ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 22 0 R] /MediaBox[ 0 0 595.3 841.9] /Contents 7 0 R/Group<>/Tabs/S>> endobj 4 0 obj <> stream ÿØÿà JFIF ` ` ÿÛ C !(!0*21/*.-4;[email protected]?]c\RbKSTQÿÛ C''Q6.6QQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQÿÀ T V" ÿÄ ÿÄ µ } !1AQa"q2�‘¡#B±ÁRÑð$3br‚ %&'()*456789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyzƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚáâãäåæçèéêñòóôõö÷øùúÿÄ ÿÄ µ w !1AQaq"2�B‘¡±Á #3RðbrÑ $4á%ñ&'()*56789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyz‚ƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚâãäåæçèéêòóôõö÷øùúÿÚ ? ó (¢€gµ>ÝckˆÖRDe€b:�žjÞ“73›)ÎÑ7ÿ Ü~ß�é�qéUn­äµ¸x%u8>þõ<×n#·Q'…íç’6*~¢¦6¸Ò’ïÖcþ:øÖ¯Š-·4”c÷w #×~cùSîí]Ý2®U ôÇ9ý)̶ڊϽ—åÝß>ÞÃùâš ÈÃv£ìðÏp³\Ÿ1Sî¡?(÷>´YZݪP¶±ÿ †0ì4˽Añ/y…�6ñ- o&ÞC1SóKÐè£Óß¿·}]gZ7j¶6)¶ 6�ƒïûéYÑ鄈ÏöWDA–i0€«b´RÝŽ’ÑjQ¢¤–1íóÏ}‡ L÷ü8¢¶ ±—}p�á¶wSчJ»e¦k¶’ùÖ°¼l:üëƒõóY1É$N'daÑ”àÖÆ›¨ë² ¶ûî�w®GâßýzÊ|þV.6¿SDÜÝÍŸµÛùR¥XZE8à¦ëÍ3$º ¯Ô„bi~S“½Ž+&´ÐõéGÜÐlœœâ˜zt© SÀcô¦$Q¶ƒjßÓqòŒRíܸdOcÞ„Úx$æ¤fqJö{Õ:ìZl&( ÜøÆ1µAþ¿…`ßj7wí™å%s�ƒ……o etò­fnx'OãÍSºñ�‰}±þz�ÿ áUÓº‰æUÞ͘TU™¯d”çÊ·Aè� þ”WF§8û[Øíy[y[ûÓߦqúV”~(ÔŽÞÜ–8 ¨Ý} ÍbÕ±½G%œàñúkbßQÓ´¥ÿ B…®n;Ï Ú:vqùV3ŒoµÙQo½‹ÞUù]÷¥#sÿ ,Ôtúšr– yäU{u-~éšFU‚<Ú0?ÝÎjiKrmc º®H^Š:`Ô5ö^ç£F¤yR'ÔS Àê(Ácð¤e-ÐP•Ž‹hŽr©A,0O§½BUR2îUäŸj’xncµû]ž`ÞËÔ2úÿ ú¨iÎJ+Ìgö×ؤk{»˜0aùr*ŒÒè—c%'µ”çæD?ïœÿ ,Uïí�7Sµ[mB’@> õN•�¨iÒYáÖkv8I£9Vÿ íN)^ÏFyÓ›kº+ÜERb+„�{2†˜ QQQ]À*k[wº�bB»3É>• (b¨$ÔzÐïÐ »­a-m…Ž’Y" 1áœ÷#Óëü±W44¶²Ñ&¿ºb�ÆI€1ëœ×5m,©cs�£'š¿¬_­ËGmnÇì–ê<ñ»n5‹§´ÌÒ3·¼lèˆ×Ö—r�?xs΀éK¡çQ†fî’3ÐGõü«>ÒäÛxNçka¦œÆ?ý3Ká+ƒ¡$¶‰SŽ:‘ÏòÍg$ùd×CXÕi¤\ðÜ�_ÛÉip~t\cûÉÓôÿ ÏÓu{�y-%ýä*åYAû¤H?Ò³-n$µ¹Žx¾úŒô>Õo\1Kz.àÀŠå€cOB¾A­=æžÌÏ�´ŸT.³g­Í£´ŸæF^Š{¯·ùôª ,‘«*¹ Ü0ì~¢œ“ºDñg1¿U=3Øýj*Ö)¥g©›}PQEB (¢€:RQE Lò1´Š/áÏøœè*].F‹T¶d8>`�8?¡¢Š‡ð¿˜ÖåJqv(±Ú zŒÿ !EbEPEPÿÙ endstream endobj 5 0 obj <> stream xœ­™ipEÇ{7!ìr�R&ŒE#Z ²-0AË Z¢(`•T©_�Rª@<(Q ñ ¹%"`ªø J€B�ˆ!’på>Ø$»Ï>§{²3³= ïËû¿Ù~¿}ÓÝÓÛÓ‹�¶Åê7uawÜ4RWEçu¿YÔkŠþ&C –uˆÚYêÒ礎ý¨#Ô-ŸI ŸH½«[G¨Ï‚WHì1.ûÀ5i¬¢ûÁd!GÁYãòÑf×ÔÀ % £ª²'\Wb´°!¥Ó Ò¹Ú/¿à,Wš¿ÐI‹:õ†ÔÍ ‚&ƒš� [ääiAq�ršVàú0U Ê`å†�¦½g„,8LEoLe㘠+Æ"M‹ØÎe†ù‰x‹9ôRÀÑ2êt¡­XÄ�-%bkˆ!¶' nw Vƒ®8s"U½°¢½ø7ö¿Ñ *àœsyÞ"�1J„:�ûØg‰¯Ah VñÎTÔ9

Arca Ganesha dari Candi Banon, Koleksi Museum Nasional

Di dalam agama Hindu, Ganesha termasuk salah satu dewa yang paling populer, di samping Dewa-dewa Trimurti, yakni Brahma (dewa pencipta alam semesta), Wisnu (dewa pemelihara alam semesta), dan Siwa (dewa perusak alam semesta). Sejak bertahun-tahun lalu temuan arca Ganesha dari seluruh Indonesia sangat banyak jumlahnya. Ada yang berhiasan sederhana, ada pula yang kelihatan megah. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan keterampilan seniman pembuatnya atau kondisi ekonomi masyarakat sekitar.

Ganesa atau Ganesha adalah dewa berkepala gajah. Di kalangan masyarakat Hindu, Ganesha dianggap setengah manusia dan setengah dewa. Peranan Ganesha begitu penting karena dia adalah anak Dewa Siwa.

Masyarakat Hindu percaya Ganesha merupakan dewa ilmu pengetahuan. Maka di banyak tempat, termasuk di Indonesia, sampai sekarang masyarakat Hindu sering membangun kuil berisi Dewa Ganesha. Konon hal ini dimaksudkan agar anak-anak yang dilahirkan menjadi pintar dan berbakti kepada orang tua.

Sebagai dewa ilmu pengetahuan, Ganesha selalu mengundang kekaguman para pakar ikonografi (pengetahuan tentang seni arca kuno) karena bentuk, gaya seni, dan langgamnya yang berbeda-beda. Namun ciri utama Ganesha tetap sama, yakni memiliki belalai yang sedang mengisap isi mangkok dalam genggaman tangan depannya.

Mangkok tersebut, menurut mitologi Hindu, berisi cairan ilmu pengetahuan yang tidak habis-habisnya walaupun diisap terus-menerus olehnya. Hal inilah yang kemudian diidentikkan dengan ilmu pengetahuan, yang tak pernah habis digali dan tak pernah henti digarap. Mungkin, hal demikianlah yang diharapkan dari para manusia.

Karena popularitas Ganesha sangat tinggi, dia juga dipuja sebagai dewa penyingkir segala rintangan, baik gangguan gaib (magis) maupun gangguan fisik. Ganesha semakin dipuja karena dia memiliki sahabat karib tikus. Sang tikus kemudian dijadikannya sebagai wahana (= kendaraan tunggangan). Karena itu dalam pengarcaannya Ganesha selalu menunggang tikus (musaka). Musaka merupakan simbol dari keangkuhan diri. Jadi diharapkan musaka itu akan berperan sebagai pengendali dari keangkuhan seseorang.

Sering diartikan pula bahwa tikus sesuai dengan sifat Ganesha. Tikus dapat melewati segala rintangan di lokasi mana pun, seperti di dalam rumah, sawah, dan selokan. Begitu pun yang diharapkan dari Ganesha, karena gajah mampu mendobrak segala pepohonan di hutan dengan tubuhnya yang gagah dan kuat. Pepohonan diibaratkan berbagai masalah besar.

Menurut para arkeolog di zaman Hindia Belanda seperti W.F. Stutterheim dan R. Goris, pemujaan secara khusus kepada Ganesha (dinamakan Ganaphati), banyak dilakukan masyarakat kuno di Jawa dan Bali. Tafsiran ini didasarkan atas banyaknya temuan arca Ganesha di sejumlah situs arkeologi. Uniknya, pemujaan sejenis kepada dewa-dewa lainnya tidak pernah ditemukan. Kemungkinan dewa-dewa lain kurang memperoleh perhatian dari masyarakat kuno karena peranannya dianggap kecil.

Mitologi Sebagai salah satu dewa terkemuka dan banyak pemujanya, Ganesha banyak dikupas sejumlah sumber kuno. Versi yang paling dikenal terdapat dalam kitab Smaradahana.

Dikisahkan, suatu ketika Kadewataan akan diserang oleh para raksasa pimpinan Nila Rudraka. Karena para dewa tidak mampu menghadapi para raksasa itu, mereka bersepakat untuk meminta bantuan kepada Dewa Siwa yang ketika itu sedang bertapa. Setelah berunding, mereka menunjuk Dewa Kamajaya untuk membangunkan Dewa Siwa dari pertapaannya itu.

Ternyata, Dewa Siwa sulit untuk dibangunkan. Dengan terpaksa Dewa Kamajaya mengeluarkan senjata andalannya, yakni panah pancavisaya. Senjata ini terkenal sangat ampuh untuk membangkitkan birahi dan rasa rindu. Setelah terkena panah itu, Dewa Siwa pun rindu kepada isterinya, Dewi Uma, yang berada di Kadewataan. Akhirnya, Dewi Uma hamil.

Suatu saat, para dewa menghadap Dewa Siwa untuk mengabarkan bahwa tentara Nila Rudraka hampir mendekati Kadewataan. Di antara para dewa itu terdapat Dewa Indra yang menaiki gajah Airavata yang gagah dan super besar. Tanpa disangka, Dewi Uma yang sedang hamil tua sangat ketakutan melihat gajah itu sehingga dia jatuh pingsan.

Setelah saatnya tiba Dewi Uma pun melahirkan anak tepat seperti ucapan Dewa Siwa, yakni berkepala gajah dan berbadan manusia. Anak itu lalu diberi nama Ganesha, dimaksudkan agar segera mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk mengalahkan para raksasa jahat.

Ketika dilibatkan dalam peperangan, mula-mula Ganesha mengalahkan para tentara raksasa. Seluruh musuh para dewa itu dilibasnya dengan mudah. Setelah semuanya mati, Ganesha tinggal berhadapan langsung dengan pimpinan tentara raksasa jahat, yaitu Nila Rudraka.

Duel yang maha dahsyat pun terjadi di antara keduanya. Semakin sengit duel itu, ternyata tubuh Ganesha semakin besar. Pada suatu ketika Nila Rudraka berhasil mematahkan salah satu gading Ganesha. Sambil memegangi patahan gadingnya lalu Ganesha mengeluarkan senjata andalannya, yaitu parasu (kapak pendek). Dengan senjata itu akhirnya Ganesha dapat membinasakan Nila Rudraka.

Sesuai mitologi ini maka dalam pengarcaannya Ganesha selalu ditampilkan memegang patahan gading di salah satu tangannya dan parasu di tangan yang lain. Dua tangan lainnya memegang aksamala (tasbih) dan mangkok. Dengan demikian Ganesha bertangan empat, sebagai pertanda bahwa kemampuan Ganesha melebihi manusia biasa.

Rupa-rupanya penganut Ganesha memiliki berbagai aliran. Ini terlihat ketika para seniman tidak selalu konsisten dalam memahat arca Ganesha. Yang paling jelas terlihat pada gadingnya, sebagaimana temuan di sejumlah candi. Ada yang patah di sebelah kanan, ada yang di sebelah kiri, dan ada pula yang keduanya tidak patah. Namun yang paling banyak dijumpai pada situs-situs arkeologi adalah Ganesha bergading satu (disebut ekadanta).

Selain itu, sikap Ganesha pun digambarkan berbeda-beda. Sebagian seniman menggambarkannya dalam sikap duduk. Sebagian lagi melukiskannya dalam posisi berdiri. Ini pun memiliki beberapa variasi, seperti berdiri dengan kedua kaki dan berdiri di atas satu kaki. Secara panjang lebar arkeolog Edi Sedyawati pernah membahas topik ini dalam disertasinya “Pengarcaan Ganesa Masa Kadiri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian” (1992).

Ternyata Ganesha bukan saja dipuja sebagai dewa ilmu pengetahuan dan penyingkir segala rintangan, tetapi juga sebagai dewa kebijaksanaan dan kesenian. Di negara asalnya, India, Ganesha juga dipandang sebagai dewa keberuntungan dan kemakmuran karena dalam penggambarannya Ganesha memerlihatkan perut yang besar.

Kini nama Ganesha sudah demikian populer karena banyak dipakai oleh lembaga atau perusahaan di Indonesia. Institut Teknologi Bandung (ITB) menggunakannya sebagai lambang atau logo. Banyak perusahaan menggunakannya sebagai merk dagang. Tampaknya fenomena Ganesha tak pernah pudar.

Diciptakan Parwati, Dibunuh Siwa Menurut Kitab Siwa Purana, pada suatu hari Dewi Parvati—isteri Dewa Siwa—ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, maka dia menciptakan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ganesha. Dia berpesan kepada Ganesha agar tidak mengizinkan siapa pun masuk ke rumahnya saat Dewi Parwati mandi. Dia pun hanya boleh menuruti perintah Dewi Parwati. Pesan dan perintah tersebut dilaksanakan dengan baik oleh Ganesha.

Syahdan Dewa Siwa suami Dewi Parwati pulang dan hendak masuk ke rumahnya. Namun ia tidak dapat masuk karena dihadang oleh si anak kecil itu. Ganesha melarangnya karena dia melaksanakan perintah Dewi Parwati.

Dewa Siwa menjelaskan bahwa ia suami Dewi Parwati dan rumah yang dijaga Ganesha adalah rumahnya juga. Namun Ganesha tetap tidak mau mendengarkan perintah Dewa Siwa. Ini sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun.

Dewa Siwa kehilangan kesabarannya dan bertarung dengan Ganesha. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Dewa Siwa menggunakan Trisulanya dan memenggal kepala Ganesha. Saat Dewi Parwati selesai mandi, ia menemukan putranya sudah tak bernyawa. Mengetahui putranya dibunuh oleh Dewa Siwa, ia menjadi amat marah dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali.

Dewa Siwa tersadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya. Dewa Siwa kemudian menemui Dewa Brahma menceritakan kejadian tersebut. Atas saran Dewa Brahma, Dewa Siwa mengutus abdinya, Gana, untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara.

Ketika turun ke dunia, Gana mendapati seekor gajah dengan kepala menghadap utara. Saat mengetahui kepalanya akan dipenggal sang gajah melawan hingga salah satu gadingnya patah. Namun kepala gajah itu pun akhirnya dapat dipenggal dan digunakan untuk menggantikan kepala Ganesha. Akhirnya Ganesha dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa.

Kepala Pemuda Tampan Kelahiran Ganesha, menurut versi lain, dilatari oleh permintaan Indra dan para dewa, agar Siwa menciptakan tokoh yang dapat mengalahkan raksasa yang ingin menguasai tempat tinggal para dewa. Kemudian Siwa mengerahkan salah satu kekuatannya dalam ujud seorang pemuda tampan yang lahir dari rahim Parwati. Pemuda tersebut diberi nama Vighneswara (Penyingkir Rintangan). Kelak dia diperintahkan untuk mengalahkan para raksasa.

Parwati sangat bangga akan ketampanan putranya. Maka dia mengundang para dewa untuk memamerkan putranya itu. Semua dewa memandang kagum kepada Vighneswara. Kecuali Sani (Saturnus), dia tidak mau memandang Vighneswara karena membawa kutukan isterinya. Konon, apa saja yang dipandangnya akan berubah menjadi abu.

Meskipun sudah menolak, Parwati tetap meminta Sani memandang putranya. Akibatnya kepala Vighneswara hancur menjadi abu. Parwati pun sangat berduka. Kemudian Brahma menghibur Parwati dan berjanji memulihkan kepala putranya dengan makhluk pertama yang dilihatnya. Makhluk pertama yang dijumpai Brahma adalah seekor gajah.

Ganesha sangat populer dan banyak pemujanya, terutama dari sekte Ganapatya. Ganapati adalah nama lain Ganesha dalam kedudukannya sebagai pimpinan para gana. Gana adalah makhluk kahyangan yang termasuk di dalam kelompok pariwara kecil yang bertugas sebagai pasukan pengawal Siwa. Dalam cerita wayang, Ganesha disebut Bhatara Gana.

Sebagai dewa yang cukup populer, Ganesha mempunyai banyak nama. Yang terkenal adalah Ganapati (pemimpin para gana), Ekadanta (hanya memiliki satu gading), Lambodara (berperut gendut), Vighneswara (berhasil menghalangi segala rintangan dan kesulitan), dan Heramba (bertangan delapan). [Djulianto Susantio]

Sumber, antara lain: Arca Dewa-Dewa Hindu Koleksi Museum Nasional, Museum Nasional, 2002. Dewa-Dewi Masa Klasik Jawa Tengah, BP3 Jawa Tengah, 2009